“Tak perlu menuntut yang sempurna, dan
mempersulit keadaan yang sebenarnya sederhana. Sebab padamu juga kelemahan itu
selalu ada. Yang benar adalah sempurnakanlah niat awal kita, jika ia penuh
berkah dan ridha dari-Nya, maka titik kemuliaan menjadi seorang manusia, Insya
Allah akan dimudahkan oleh Allah untuk ada dalam diri kita”
Ada juga sebuah selentingan yang cukup
“menggigit”,
“Semakin banyak kriteria, semakin
banyak syarat, semakin banyak keinginan.. maka bersiap-siaplah kecewa. Apa
penyebabnya ? karena bisa jadi yang diharapkan tak seindah realita, yang
disyaratkan tak sempurna dalam lakunya. Maka berharap menemukan seseorang dalam
kesempurnaan hanya membuat yang sederhana menjadi rumit dan tak mudah untuk
dicerna”
Tentang penggalan kalimat kedua di
atas. saya (lagi-lagi) teringat buku Serial Cinta-nya Anis Matta, di topik
“Mengelola Ketidaksempurnaan”
“Apa lagi ketampanan yang tersisa di
dunia ini ketika telah dibagi habis kepada Nabi Muhammad SAW, dan Yusuf AS. Dan
kecantikan yang telah disempurnakan kepada Sarah istri Ibrahim AS dan Khadijah
RA Istri Rasulullah. Hingga pesona kebajikan pun telah direnggut habis oleh
Utsman bin Affan dan keluruhan budi telah dimiliki secara purna oleh Aisyah RA”
“Ukurlah diri..
Berkacalah sedetail mungkin. Karena bisa saja CELA itu jauh lebih banyak
dibanding kriteria yang telah diinginkan. Maka tanyalah pada hati yang jernih
agar bisa memberi fatwa. Manakah patokan yang harus kau pakai. Jangan sampai
hanya ukuran dunia yang menjadi tujuan kita”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar