TUGAS
MAKALAH ILMU PENYAKIT DALAM
HEPATITIS
VIRAL DAN SEROSIS HEPATIS
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hati
(liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi,
pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan
penetralan racun atau obat yang masuk dalan tubuh kita. Sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati. Beberapa
penyakit hati antara lain : penyakit hati karena infeksi, penyakit hati karena
racun, genetik atau keturunan, gangguan imun, dan kanker. Oleh karena itu perlu
perhatian pada hati untuk menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit
hati tersebut, dan bila telah terjadi penyakit hati tersebut, harus dapat
dideteksi dengan segera.
Hepatitis
virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luasdalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5kategori virus
yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), VirusHepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus
Hepatitis D (HDV), VirusHepatitis E (HEV). Walaupun kelima agen ini dapat
dibedakan melalui petandaantigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran
klinis yang mirip, yangdapat bervariasi darI keadaan sub klinis tanpa
gejala hingga keadaan infeksi akutyang total.Bentuk
hepatitis yang dikenal adalah HAV (
Hepatitis A ) dan HBV(Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada
istilah lama yaitu hepatitisinfeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral
dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkansebagai
Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagaiHepatitis non-A dan non-B (NANBH)
dan saat ini disebut Hepatitis C.Selanjutnya
ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat
ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebutPT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara
enteral (EntericallyTransmitted)
disebut ET-NANBH.Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBHsebagai Hepatitis
C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E.Virus delta atau
virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virusyang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi
Hepatitis B,HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya
di Indonesia tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki
peringkatketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di
Amerika Serikat(hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan
penyakit epidemidi kebanyakan negara-negara. Sekitar 60.000 kasus telah
dilaporkan ke Center for Disease
Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnyadari
penyakit ini diduga beberapa
kali lebih banyak. Walaupun mortalitas
akibathepatitis virus
ini rendah, tetapi penyakit
ini sering dikaitkan dengan
angkamorbiditas dan kerugian ekonomi
yang besar.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Hepatitis
Istilah Hepatitis berasal dari bahasa
Yunani kuno “hepar”, dengan akar kata “hepat” yang berarti hati (liver),dan
akhiran –itis yang berarti peradangan. Hepatitis adalah Suatu peradangan pada
hati yang terjadi karenatoksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit
infeksi.Hepatitis adalahkeadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat ataualcohol.
Hepatitis merupakan
penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri, penyakit
autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab
hepatitis virus telah banyak mengalami perkembangan. Namun demikian untuk
mendeteksinya kini dapat sehari jadi. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis
virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT (masih
dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
“Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
“hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia saat ini. Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis) B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170 juta orang di seluruh dunia.
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia saat ini. Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis. Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis) B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170 juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga
menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk Indonesia yang
juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula.
Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah
kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk.
Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi
memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan
jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat
perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah.
Sekitar 11 juta
penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah
asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula
dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10 besar penyebab kematian di
Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk.
Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta maka angka asumsi
penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat
bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami
gejala-gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak
terdiagnosis oleh dokter. Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi
sebagai sumber penyebaran penyakit hepatitis B dan C.
B. Etiologi
Penyebab hepatitis
bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat dibedakan menjadi dua
kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi
yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis
virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus
disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya
penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis B dan C
dapat berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan komplikasi
lainnya yang dapat mengakibatkan kematian.
Dalam masyarakat kita,
penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning. Sebenarnya hepatitis
adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain adalah infeksi
virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil
komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan (Obat
anastesi, Obat antibiotic, Obat antiinflamasi, Obat antimetabolik dan
imunosupresif, Antituberkulosa, hormon-hormon, obat psikotropik, Lain-lain,
contoh phenothiazine) maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver).
Salah satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya
warna kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata. Peradangan pada sel
hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian dari
organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah mengalami
kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
C. Manifestasi
Klinis
·
Stadium Praikterik berlangsung selama
4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri
pada otot, dan nyeri di perut kanan atas, urin menjadi lebih coklat
·
Stadium Ikterik, berlangsung selama 3-6
minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh
tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah anoreksia, dan
muntah. Hati membesar dan nyeri tekan. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Serangan Ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu
masa prodromal, kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien
umumnya merasa tidak enak makan, menderita gejala digestive terutama anoreksia
dan nausea dan kemudian ada panas badan ringan, ada nyeri di abdomen kanan atas
yang bertambah pada tiap guncangan badan. Masa prodormal diikuti warna urin
bertambah gelap dan warna tinja menjadi gelap, keadaan demikian menandakan
timbulnya ikterus dan berkurangnya gejala : panas badan menghilang, mungkin
timbul bradikardi. Setelah kurang lebih 1-2 minggu masa ikterik, biasanya
pasien dewasa akan sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu makan pulih.
Setelah kelihatannya sembuh rasa lemah badan masih dapat berlangsung selama
beberapa minggu
·
Stadium pasca ikterik. Ikterus mereda,
warna urin dan tinja menjadi normal lagi.Penyembuhan pada ank-anak lebih cepat
lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab
yang biasanya berbeda..
D. Anatomi
Dan Fisiologi
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulangiga kanan. Hati normal kenyal dengan
permukaannya yang licin.Hati merupakankelenjar
tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri daridua
lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen
medial dan lateral oleh ligamentumFalsiformis.Setiap lobus dibagi menjadi
lobuli. Setiap lobulus merupakan badanheksagonal
yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubusmengelilingi vena sentralis.
Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebutsinusoid yang
dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahananhati.Sistem biliaris dimulai dari
kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecildilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus
biliarismembentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke
duktus biliaris di dalam traktus porta
E. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan daninfiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkandegrenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati.Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam
memblokir system drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini
menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapatdiekresikan kedalam
kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkatdalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen
dankulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapidengan timbunya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secarakomplit dalam 2 sampai 3 bulan
lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkankematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan
terjadinyagangguan pada fungsi hati.
Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi
penyakit kronik hati atau kanker hati.
F. Klasifikasi1 Hepatitis
1. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari
RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran
27 nm.Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek,kontak
antara manusia, dibawah oleh air dan makanan.Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari.Infeksi ini
mudah terjadi didalam lingkungan
denga higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yangsangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang
bercangkang ganda yangmemiliki ukuran 42 nm Ditularkan melalui
parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak
seksual dan fekal-oral. Penularan perinataldari ibu kepada bayinya.Masa
inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80hari.Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter
gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit
hemodialisis sertaonkologi.Laki-laki
biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubunganseksual dan para
pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil,
terbungkus lemak yang,diameternya
30 – 60 nm.Ditularkan melalui jalur parenteral dankemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak
seksual.Masa inkubasi virusini 15 –
60 hari dengan rata – 50 hari.Faktor resiko hampir sama denganhepetitis
B
4. Hepatitis D (HDV)Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA
berukuran 35 nm.Penularannya terutama
melalui serum dan menyerang orang yang memilikikebiasaan memakai obat
terlarang dan penderita hemovilia.Masa inkubasi darivirus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari Faktor resiko
hepatitis Dhampir sama dengan hepatitis B
5. Hepattitis E (HEV)Virus hepatitis E
(HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36 nm.Penularan virus ini melalui jalur
fekal-oral, kontak antara manusiadimungkinkan meskipun resikonya rendah.
Masa inkubasi 15 – 65 hari denganrata – rata
42 hari. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggihepatitis
E dan makan – makanan, minum – minuman yang terkontaminasi.
G. Pemeriksaan
Penunjang
Pemerikasaan
laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang
diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui
penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes
biokimia hati,diantaranya:
·
Tes
fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan
nilai untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
·
AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya
meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun
·
Darah lengkap : SDM menurun sehubungan
dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
·
Leucopenia : trombositopenia mungkin
ada (splenomegali)
·
Diferensial darah lengkap :
lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
·
Alkali fosfatase : agak meningkat
(kecuali ada kolestasis berat)
·
Fesses
: warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
·
Albumin
serum : menurun
·
Gula
darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
·
Anti-HAV
IGM : Positif pada tipe A
·
HBSAG
: dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik
·
Massa protrombin : mungkin memanjang
(disfungsi hati)
·
Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm
(bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler)
·
Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
·
Biaosi hati : menentukan diagnosis dan
luasnya nekrosis
·
Scan hati : membantu dalam perkiraan
beratnya ketrusakan parenkim
·
Urinalisa
: peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
H. Pencegahan
Pencegahan
lebih penting daripada pengobatan, yaitu dengan cara:
·
Kebersihan diri dan lingkungan
·
Bila akan donor darah, perlu di screning
terhadap virus hepatitis C.
·
Jangan pernah melakukan tatoo atau
tindakan dengan jarum-jarum suntik yang tidak steril.
·
Menghindari hubungan intim dengan wanita
yang tidak kita kenal baik profesinya (partner yang tidak jelas).
·
Memakai alat: sisir, pisau cukur, sikat
gigi, handuk, dsb. milik pribadi
·
Melakukan general check-up lengkap
paling lama setiap tahun, termasuk pertanda hepatitis C..
I. Komplikasi
Sirosis
dan Kanker Hati Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis B danC
merupakan penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sebagai tempat berkembang biak.Ketika tubuh menyerangvirus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah
putih) ke hati, terjadilah peradangan.
Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap infeksi. Namun, bila hal itu terus berlangsung,zat-zat kimia yang dikeluarkan limfosit dapatmenyebabkan kerusakan sel hati. Jika sel hati rusak,maka
tidak dapat berfungsi dengan baik dan mati .
Beberapa dari sel
hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah dapat berakibat
pada terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut pada hati). Fibrosis
menyebabkan kemunduran semua fungsi hati .Bila diteruskan,
jaringan parut akan mengeras dan menggantikan sebagian besar
sel hati yang normal. Kondisi
ini disebut sirosis—istilah medis untuk pengerasan hati.
Bila seseorang mengalami
sirosis, itu berarti bahwa sebagian besar hatinya telah
rusak dan tidak bisa berfungsi lagi dengan normal.Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan
benar dan bisatidak terdeteksi hingga bertahuntahun lamanya. Sebagian besar
orang yangterinfeksi hepatitis tidak menunjukkan gejala sehingga disebut sebagai silentdisease.Padahal,
jika tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun mendatang bisa menyebabkan kelainan hati serius seperti sirosis dan juga kanker hati.Sebagian besar penderita hepatitis baru mengetahui jika
dirinya terinfeksi saatmelakukan pemeriksaan
kesehatan (medical chek up) atau saat mau donor darah
J. Penatalaksanaan
Medik
Pengobatan
hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :
·
Istirahat
sesuai keperluan
·
Pendidikan
mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
·
Pendidikan mengenai cara penularan
kepada mitra seksual dan anggota keluarga
·
Keluarga dan pasien hepatitis
ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang spesifik terhadap HAV atau
HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi. Imunitas ini bersifet sementara
·
Baru-baru
ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat
dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini
96% efektif setelah pemberian satu dosis.
·
Tersedia
vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-orang
yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk
divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum
homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual, pecandu oabat bius,
dan bayi.
·
Vaksinasi
terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA rekombinaan
sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis pertama
dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.
K. Pengertian
Sirosis Hepatis
Sirosis hati adalah penyakit hati
menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai
nodul. Pembentukan jaringan ikat saja seperti pada payah jantung, obstruksi
saluran empedu juga pembentukan nodul saja seperti sindroma Felty dan
transformasi nodular parsial bukanlah suatu sirosis hati.
Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis
sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.
Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat perubahan jaringan ikat dan nodul tersebut
L. Patogenesis
Infeksi
hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas, terjadi kolaps lobulus hati dan
ini memacu timbulnya jarigan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus
dan nodul sel hati. Walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologis sirosis
hati sama atau hampir sama. Septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga
yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan
daerah porta yang satu dengan yang lainnya atau porta dengan sentral (bridging
necrosis).
Beberapa
sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini
menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah
porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada
sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi
peradangan dari sirosis pada sel duktules, sinusoid retikuloendotel, terjadi
Abrogenesis dan septa aktif Jaringan kolagen berubah dari reversibel menjadi
ireversibel bila telah tertbentuk septa permanen yang aselular pada daerah
porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung etiologi sirosis. Pada
sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah
portal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limfosit T
dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator
timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis
aktif. Septa aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.
Kolagen
ada 4 tipe dengan lokasi sebagai berikut :
Tipe
I
: lokasi
daerah sentral.
Tipe
II
: sinusoid.
Tipe
III :
jaringan retikulin.
Tipe
IV : membran
basal.
Pada
sirosis terdapat peningkatan pertumbuhan semua jenis kolagen tersebut. Pada
sirosis, pembentukan jaringan kolagen dirangsang oleh nekrosis hepatoselular,
juga asidosis laktat merupakan faktor perangsang. (2)
M. Klasifikasi
Terdiri
dari:
- Klasifikasi etiologi
-
Etiologi yang diketahui penyebabnya :
Hepatitis virus tipe B dan C
Alkohol Metabolik : hemokromatosis idiopatik, penyakit
Wilson, defisiensi a 1 antitripsin, DM.
Kolestasis kronik.
Obstruksi aliran vena hepatlk.
Gangguan imunologis.
Toksik dan obat.
Operasi pintas usus halus pada obesitas.
Malnutrisi.
-
Etiologi tanpa diketahui penyebabnya (kriptogenik).
- Klasifikasi morfologi.
-
Sirosis mikronodular : ditandai terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa
parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh nodul.
-
Sirosis makronodular : ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan
bervariasi mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi.
-
Sirosis campuran : umunmya sirosis hati adalah jenis campuran ini.
- Klasifikasi fungsional
Secara
fungsi sirosis hati dibagi atas
-
Kompensasi baik (laten, sirosis dini).
-
Dekompensasi (laten, sirosis dini).
- I. Kegagalan hati.
Dapat
timbul keluhan subjektif berupa lemah, berat badan menurun, gembung, mual,
spider naevi, eritema palmaris, asites, pertumbuhan rambut berkurang, atropi
testis dan ginekomastia pada pria. Juga dapat timbul ikterus, ensefalopati
hepatik, hipoalbuminemia.
- II. Hipertensi portal.
Bisa
terjadi pertama akibat meningkatnya retensi portal dan splanknik karena
mengurangnya sirkulasi akibat fibrosis, dan kedua akibat meningkatnya aliran
portal karena transmisi dari tekanan arteri hepatik ke sistem portal akibat distorsi
arsitektur hati. Lokasi peningkatan retensi bisa:
- Prehepatik, biasa kongenital, trombosis vena portal waktu lahir, fistula arterivenosa atau mikrofibrosis limfa.
- Intrahepatik, presinusoidal, sinusoidal, post sinusoidal. Biasa terjadi obstruksi campuran.
- Posthepatik karena perikarditis konstriktiva, insufisiensi trikuspidal.
N. Manifestasi Klinis
Keluhan pasien sirosis hati tergantung pada fase
penyakitnya. Gejala kegagalan hati ditimbulkan oleh keaktifan proses hepatitis
kronik yang masih berjalan bersamaan dengan sirosis hati yang telah terjadi
dalam proses penyakit hati yang berlanjut sulit dibedakan hepatitis kronik
aktif yang berat dengan permulaan sirosis yang terjadi.
Fase kompensasi sempurna.
Pada
fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau bisa juga keluhan samar-samar
tidak khas seperti pasien merasa tidak fit, merasa kurang kemampuan kerja,
selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, kadang mencret atau
konstipasi, berat badan menurun, kelemahan otot dan perasaan cepat lelah akibat
deplesi protein. Keluhan dan gejala tersebut tidak banyak bedanya dengan pasien
hepatitis kronik aktif tanpa sirosis hati dan tergantung pada luasnya kerusakan
parenkim hati.
Fase dekompensasi.
Pasien
sirosis hati dalam fase ini sudah dapat ditegakkan diagnosisnya dengan bantuan
pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Terutama
bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal dengan manifestasi
seperti eritema palmaris, spider naevi, vena kolateral pada dinding perut,
ikterus, edema pretibial dan asites. Ikterus dengan air kemih berrwarna teh
pekat mungkin disebabkan proses penyakit yang berlanjut atau transformasi
kearah keganasan hati, dimana tumor akan menekan saluran empedu atau
terbentuknya thrombus saluran empedu intrahepatik. Bisa juga pasien datang
dengan gangguan pembekuan darah seperti epistaksis, perdarahan gusi, gangguan
siklus haid, atau siklus haid berhenti. Sebagian pasien datang dengan gejala
hematemesis dan melena, atau melena saja akibat perdarahan varises esofagus.
Perdarahan bisa masif dan menyebabkan pasien jatuh kedalam renjatan. Pada kasus
lain sirosis datang dengan gangguan kesadaran berupa ensefalopati hepatik
sampai koma hepatik. Ensefalopati bisa akibat kegagalan hati pada sirosis hati
fase lanjut atau akibat perdarahan varises esofagus. (2, 3, 4)
O. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
- Darah
Bisa
dijumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer atau
makrositer. Anemia bisa, akibat hipersplenisme dengan leukopenia dan
trombositopenia.
- Kenaikan enzim transaminase / SGOT, SGPT tidak merupakan petunjuk tentang berat dan luasnya kerusakan parenkhim hati. Kenaikan kadarnya didalam serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Peninggian kadar gama GT sama dengan transaminase, ini lebih sensitif tetapi kurang spesifik. Pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gama GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
- Albumin. Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya hati dalam menghadapi stress.
- Pemeriksaan CHE. Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun.
- Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
- Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit. K parenteral dapat memperbaiki masa protrombin.
- Peninggian kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen.
- Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HBS Ag/ HBS Ab, HbeAg/ HbeAb, HBV DNA, HCV RNA.
Pemeriksaan
AFP penting dalam menentukan apakah telah terjadi transformasi kearah
keganasan. Nilai AFP > 500 – 1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker
hati primer.
Pemeriksaan jasmani.
Terdapat
pembesaran hati pada awal sirosis, pembesaran limfe, pada perut terdapat vena
kolateral dan asites, spider naevi/ kaput medusa, eritema palmaris.
Pemeriksaan penunjang lainnya.
Esofagoskopi,
USG, CT-Scan, ERCP, Angiografl. (2)
P. Diagnosis
Pada
saat ini penegakan diagnosis sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisik,
laboratorium, USG. Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati.
Pada
stadium dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosa sirosis hati
diantaranya :
- Splenomegali
- Asites
- Edema pretibial
- Laboratorium khususnya albumin
- Tanda kegagalan berupa eritema palmaris, spider naevi, vena kolateral.
Suharyono
Soebandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda dibawah ini sudah dapat
menegakkan diagnosa sirosis hati dekompensasi :
- Asites
- Splenomegali
- Perdarahan varises
- Albumin yang merendah
- Spider naevi
- Eritema palmaris
- Vena kolateral. (2, 3, 5)
Q. Komplikasi
v
Kegagalan hati
v
Hipertensi portal
v
Asites
v
Ensefalopati
v
Peritonitis bacterial spontan.
v
Sindrom hepatorenal.
v
Transforrnasi kearah kanker hati primer. (2,6)
R. Pengobatan
Terapi
dan prognosis sirosis hati tergaantug pada derajat komplikasi kegagalan hati
dan hipertensi portal.
v
Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang cukup baik, dilakukan kontrol yang
teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak
secukupnya (DH III-IV). Bila timbul ensefalopati protein dikurangi (DH I).
v
Pasien sirosis hati dengan penyebab diketahui, seperti alkohol, hemokromatosis,
penyakit Wilson, diobati penyebabnya.
v
Pada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul.
- Untuk asites, diberi rendah garam 0,5 gr/hari dan total cairan 1,5 l/hr. spironolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hr dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari. Idealnya penurunan berat badan 1 kg/hr. Bila perlu dikombinasikan dengan furosemid.
- Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat dirumah sakit sebagai kasus perdarahan saluran cerna atas.
- Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia, mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet DH I, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma untuk mengurangi absorpsi bahan nitrogen dan pemberian duphalac 2 x C II.
- Peritonitis bacterial spontan diberi antibiotik pilihan, seperti cefotaxim 2 gr/8 jam iv.
- Sindroma hepatorenal, imbangan air dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antibiotik. (2)
S. Prognosis
Prognosis
tidak baik bila
- Ikterus yang menetap atau bilirubin darah > 1,5 mg%
- Asites refrakter atau memerlukan diuretik dosis besar
- Kadar albumin rendah (< 2,5 gr%)
- Kesadaran menurun tanpa faktor pencetus
- Hati mengecil
- Perdarahan akibat varises esofagus
- Komplikasi neurologis
- Kadar protrombin rendah
- Kadar natriumn darah rendah (< 120 meq/i), tekanan systole < 100 mmHg
- CHE rendah. (2
T. Pencegahan
Sirosis Hepatis
Senantiasa menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
·
Jagalah
kebersihan diri. Mandilah sebersih mungkin menggunakan sabun. Baju juga harus
bersih. Cuci tangan sehabis mengerjakan sesuatu. Perhatikan pula kebersihan
lingkungan. Hal itu untuk menghindari berkembangnya berbagai virus yang
sewaktu-waktu bisa masuk kedalam tubuh kita
·
Hindari
penularan virus hepatitis
Hindari penularan virus hepatitis
sebagai salah satu penyebab sirosis hati. Caranya tidak mengkonsumsi makanan
dan minuman yang terkontaminasi virus. Juga tidak melakukan hubungan seks
dengan penderita hepatitis.
·
Gunakan
jarum suntik sekali pakai.
Jangan memakai jarum suntik bekas
orang lain. Bila jarum bekas pakai penderita hepatitis kemudian digunakan
kembali untuk menyuntik orang lain, maka orang itu bisa tertular virus.
·
Pemeriksaan darah donor
Ketika akan menerima transfusi darah
harus hati hati. Permriksaan darah donor perlu dilakukan utnuk memastiikan
darah tidak tercemar virus hepatitis.bila darah mengandung virus hepatitis
penerima donor akan tertular dan berisiko terkena sirosis.
·
Tidak
mengkonsumsi alkohol
Hindari mengkonsumsi alkohol, barang
haram ini terbukti merusak fungsi organ tubuh, termasuk hati. Bila sudah
terlanjur sering mengkonsumsi minuman beralkohol, hentikan kebiasaan itu.
·
Melakukan
vaksin hepatitis
Lakukan vaksin hepatitis. Vaksin dapat mencegah penularan
virus hepatitis sehingga dapat juga terhindar dari sirosis hati. (berbagai
sumber)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien pada kasus di atas menderita
penyakit hepatitis virus, yaitu hepatitis Adengan melihat gejala (demam, nausea,
vomitus), pemeriksaan fisik (ikterus,hepatomegali, nyeri tekan hipokondria
kanan) dan laboratorium (lekopeni,hiperbilirubinemia, kenaikan enzim hepar, anti HAV positif).2. Ikterus yang terjadi pada hepatitis virus
disebabkan oleh kombinasi disfungsihati dan kolestasis. Virus menyerang dan
menginfeksi sel-sel hati sehingga sel hati
mengalami nekrosis. Sel-sel hati yang terinfeksi juga mengalami edem
dan pembengkakan. Pembengkakan ini dapat menekan dan menghambat
kanalikulisehingga empedu yang didalamnya terdapat bilirubin, tidak dapat
diekskresikandengan baik
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Pembentukan
jaringan ikat saja seperti pada payah jantung, obstruksi saluran empedu juga
pembentukan nodul saja seperti sindroma Felty dan transformasi nodular parsial
bukanlah suatu sirosis hati.
Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat perubahan jaringan ikat dan nodul tersebut
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://ackogtg.wordpress.com/2008/07/29/hepatitis-a/ http://veniwulandari.blogspot.com/2009/03/hepatitis.htmlhttp://vicklusiana07.blogspot.com/2010_07_01_archive.html
2. Daft Chandrasoma, parakrama. 2006.
Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
3. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
4.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
5. Smeltzer, suzzane C. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
- http://www.prodia.co.id/infoterkini/isihati.html
- Noer Sjaifoelah, “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, Balai Penerbit FK-UI, Jilid 1, Edisi ketiga, Jakarta, 1996, Hal 271-279.
- Isselboucher, Kurt, Braunwald, Eugene, “Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam”, Edisi 13, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hal. 1668.
- Sherlock, Sheila, “Disease of the liver and biliary system”, fifth edition, Blackwell Scientific Publications, Hal 425-439.
- http://www.otsuka.co.id/aminoleban/sirosishati.htm-37k-
- http://www.iptek.net.id/eng/horizon-idx.php?=sirosis-hati.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar