Jumat, 25 Mei 2012

proposal diklat


PROPOSAL
Pelatihan Kader Kesehatan Remaja
Tahun pelajaran 2011/ 2012
SMA Negeri 1 Bantul








 
















KADER KESEHATAN REMAJA
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2012




Lembar Pengesahan






Pembina Bimbingan Konseling                               Pembina Usaha Kesehatan Sekolah




Tri Setiana, S.Pd                                                         Heri Setyawan, S.Pd              




Mengetahui


Kemahasiswaan                                                    Manajer Kesehatan dan Lingkungan




     Hanif, S.Pd                                                                   Catur Budi,SKM                                                






Menyetujui,
Ketua STIKES





Sugiono Almunawary, S.IP, MM, M.Ph




Proposal

Pelatihan Kader Kesehatan Remaja
Tahun Pelajaran 2011/ 2012
SMA Negeri 1 Bantul


A.        Pendahuluan



            Perkembangan era globalisasi saat ini telah mengubah sendi-sendi kehidupan kita. Khususnya perkembangan para remaja yang sedang mengalami masa transisi. Yang sering diistilahkan “Masa Puberitas” atau masa dimana para remaja mencari jati diri mereka. Dalam masa pencarian jati diri itulah para remaja banyak menemukan masalah-masalah, baik di rumah maupun dalam pergaulan (sekolah dan masyarakat). Bila dalam menghadapi masalah mereka tidak dapat menemukan jalan keluar, kemungkinan besar mereka akan melarikan diri kepada hal-hal yang negatif seperti minuman keras, narkoba dan pergaulan bebas.
            Mereka (para remaja) membutuhkan tempat untuk berbagai cerita, menyelesaikan masalah, dan butuh sekali pengetahuan-pengetahuan mengenai hal-hal yang sedang terjadi diluar sana. Selain itu kita kadang menjumpai orang yang  sedang kambuh penyakit atau kecelakaan baik bersifat ringan maupun berat, bagi kita yang tidak tau bagaimana cara memberikan bantuan yang bersifat darurat ini bisa menjadi fatal, tapi kadang kita ingin membantu tapi terbentur dengan keterbatasan kemampuan kita sehingga kita menjadi panik bahkan takut jika menjumpai kasus itu khususnya jika terjadi di sekolah, karena itulah kegiatan ini diperlukan. Maka diperlukan Pelatihan Kader Kesehatan Remaja, untuk membentuk remaja-remaja yang berwawasan luas dan berkepribadian baik. Sehingga kader-kader Kesehatan Remaja ini dapat membantu dalam memberikan solusi kepada teman-teman yang bermasalah.
1. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.

2. Pandangan Teoritis tentang Remaja
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang perkembangan manusia.

Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
3. Pertumbuhan Fisik Remaja
Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual.
Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya (Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
4. Pubertas
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang otak.
5. Dampak Pertumbuhan Fisik terhadap Kondisi Psikologis Remaja
Pertumbuhan fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi psikologis remaja, baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll. adalah perasaan yang umumnya muncul pada saat itu.
Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan fisik dan perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan kepercayaan dirinya (self-esteem).
Ada tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).
6. Masalah Kesehatan pada Remaja
Remaja merupakan usia paling sehat dibanding kanak-kanak dan dewasa karena sedikitnya penyakit yang dialami kelompok usia ini. Akan tetapi, remaja memiliki resiko kesehatan paling tinggi karena faktor kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan perilaku hidup sehat yang buruk
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.

Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001)
Namun, pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.

Menurut pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak remajanya.

Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan keseimbangan jiwa remaja. (Mahfuzh, 2001)

Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat tertangani secara baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan kepada orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya.

Remaja yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.

Berkaitan dengan pelepasan tangung jawab, dikalangan remaja juga sering dijumpai banyak usaha untuk bunuh diri. di Negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Selandia Baru, masalah bunuh diri dikalangan remaja berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia, perilaku tidak sehat remaja yang beresiko kecelakaan juga banyak dilakukan remaja, seperti berkendaraan secara ugal-ugalan. Hal lain yang menjadi persoalan penting dikalangan remaja disemua negara adalah, meningkatnya angka delinkuensi. Perilaku tersebut misalnya keterlibatan remaja dalam perkelahian antar sesame, kabur dari rumah, melakukan tindakan kekerasan, dan berbagai pelanggaran hukum, adalah umum dilakukan oleh remaja.

Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat makin rendah.Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif, serta penyuluhan tentang pencegahan terhadap HIV/AIDS, dan sejenisnya.

Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja.

B.        Tujuan



            Penyelanggaraan acara Pelatihan Kader Kesehatan Remaja ini bertujuan untuk memberi pengetahuan dan ketrampilan kepada calon Kader Kesehatan Remaja, seperti P3K, P3P, kesehatan, psikologis, dan kehidupan remaja. Mereka yang nantinya menjadi Kader Kesehatan Remaja akan memberi informasi- informasi tersebut kepada teman-teman ataupun keluarga mereka.

C.        Nama kegiatan
“Pelatihan Kader Kesehatan Remaja Tahun Pelajaran 2011/ 2012
SMA Negeri 1 Bantul”


D.        Bentuk Kegiatan
1.      Sosialisasi
Sosialisasi ini kami lakukan sebagai tahap awal pengenalan Kader Kesehatan Remaja SMA Negeri 1 Bantul. Kami lakukan pada waktu matrikulasi.
2.      Wawancara
Kami melakukan wawancara kepada Kader Kesehatan Remaja dengan tujuan untuk mengetahui kepribadian mereka. Karena kami menginginkan kader kesehatan remaja yang berkepribadian yang baik.
  1. Pelatihan Kader Kesehatan Remaja
Kegiatan ini merupakan puncak dari kedua acara di atas. Dengan pelatihan ini, calon Kader Kesehatan Remaja akan dapat pengetahuan lebih komplek mengenai kesehatan jasmani dan psikologi dan bagaimana menjadi teman yang baik yang bisa memberi manfaat bagi orang lain terutama diri sendiri.

E.        Peserta

1.      Seluruh ketua organisasi
2.      Seluruh Ketua Kelas XI dan XII
3.      Siswa-siswi tingkat X yang telah lolos seleksi wawancara

F.         Waktu Kegiatan

Pelatihan Kader Kesehatan Remaja ini akan dilaksanakan pada :
            Hari                 :           Sabtu
            Tanggal           :           14 Januari 2012
            Tempat            :           SMA Negeri 1 Bantul










G.        Susunan Acara Pelatihan Kader Kesehatan Remaja

07.00 – 07.15
Persiapan Panitia
07.00 – 07.30
Pembukaan oleh Kepala Sekolah
07.30 – 08.30
Peran Kader Remaja oleh Manajer Kesling
08.30 – 10.30
Materi Kesehatan Reproduksi, Free Sex dan Aborsi oleh Puskesmas
10.30 – 12.30
Materi P3P dan P3K Puskesmas
12.30 – 13.00
Istirahat
13.00 – 14.00
Praktek Konseling oleh sesama kader kesehatan remaja
14.00 – 15.00
Praktek P3P dan P3K oleh sesama kader kesehatan remaja
15.00 – selesai
Hiburan


H.        Anggaran Dana

Pemasukan dari bantuan Gubernur                                               Rp. 1.000.000,-

Pengeluaran

Konsumsi peserta @ Rp. 5.000 X 100 orang                         = Rp. 500.000,-
Konsumsi Panitia @ Rp. 5.000 X 10 orang                = Rp. 50.000,-
Konsumsi tamu undangan @ Rp. 1.0000 X 3 orang = Rp. 30.000,-
Biaya Pemateri @ Rp. 100.000 X 3 orang                 = Rp. 300.000,-
Dokumentasi                                                               = Rp. 20.000,-
Alat praktek P3k dan P3P                                          = Rp. 100.000,- +
                                                                                   
                        Rp. 1.000.000,-


 
                                                                                                                        Rp. 0














I.                   Susunan Panitia

Pelindung             :  Sugiono Almunawary, S.IP, MM, M.Ph
     Penasihat               : Dwi Suharyanta, ST, MM
                                Mochamad Rofiq, ST, MM
                                Drs. Abdurrahman Suroyo
      Ketua                    : Almarjani
Sekretaris             : Kuni Arifatul F
Bendahara           : Datni Leslesy
                                Nurul Hidayati
Seksi Acara          : Masykur Arifin
                                Abdul Aziz
                                Syaiful Fattah          
Seksi PDD            : Angga Riana
                                Guswanto
                                Afif M
                                Santi
Humas                  : M. Faisal
                                Burhannudin
                                Kasrim
Seksi perkap        :  Imam K
                                Muif Y
                                Ari Winata
                                Supriyono
Seksi Konsumsi   : Khoirunnisak
                                Purnamasari
                                Bagus Dwi Prayitno
                                Sulani Noviani
                               

1 komentar: