BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Demam berdarah (DB) atau demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan
penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada
proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas)
dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini ditunjukkan melalui
munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda
perdarahan, contohnya ruam. Ruam demam berdarah
mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala lainnya adalah
sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada
sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock
dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi waspada ini perlu
disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus
segera konsultasi ke dokter apabila penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi
fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Sesudah masa tunas atau inkubasi
selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami atau menderita penyakit
ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
- Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
- Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
- Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
- Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok atau presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi
perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi. Oleh
karena itu, setiap penderita yang diduga menderita demam berdarah dalam tingkat
yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau rumah sakit, mengingat
sewaktu-waktu dapat mengalami syok atau kematian.
Demam berdarah umumnya lamanya
sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada
akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka
dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu antara lain :
1. Apa
yang dimaksud dengan Demam Berdarah
?
2. Apa
saja jenis Demam Berdarah?
3. Apa
yang menjadi penyebab penyakit Demam
Berdarah
?
4. Bagaimana
gejala dan diagnosa penyakit Demam
Berdarah?
5. Bgaimana
pengobatan yang diberikan untuk mengatasi Demam Berdarah ?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dituliskan
maka makalah ni dibuat bertujuan untuk :
1. Mahasiswa
maupun pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan Demam Berdarah.
2. Mahasiswa
maupun pembaca dapat mengetahui apa saja jenis Demam Berdarah.
3. Mahasiswa
maupun pembaca dapat mengetahui penyebab timbulnya penyakit Demam Berdarah.
4. Mahasiswa
maupun pembaca dapat mengetahui bagaimana gejala yang ditimbulkan serta
diagnosa penyakit Demam Berdarah.
5. Mahasiswa
maupun pembaca dapat mengetahui pengobatan yang diberikan untuk mengatasi
penyakit Demam berdarah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kesehatan
secara Umum
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya
dan orang lain. Definisi yang bahkan
lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan
kesehatan adalah kombinasi pengalaman
belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini
lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan
dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan
masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah
mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam
pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen
pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga
sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
1.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
2.
Upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat.
3.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
5.
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat
berguna.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
B. Konsep
Sehat dan Sakit
Konsep sehat
dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor
-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor
sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu
hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat,
biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit
ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan
proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap
-tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
UU
No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai
satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan
di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit:
seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek,
tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di
anggap tidak sakit.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif
(Edelman dan Mandle. 1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang
menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
C.
Teori tentang Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang
dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat
serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus
DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan
adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan
dengan adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat,
sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang,
petechie dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan
kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E.,
1998). Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari
pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat
asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue
Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan
(DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala,
nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Penyakit
infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat
ini mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi
virus, yaitu kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu
teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic
susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan
interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya
(Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS)
adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke
dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun lebih dari
20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi
serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan
satu atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara
utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang
patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous Infection Hypothesis,
Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement (ADE),
Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S., 2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam (Soegijanto S., 2004)
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Demam Berdarah
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan
penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada
proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam tinggi
terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan, contohnya ruam. Ruam demam
berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala lainnya
adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada
sendi (artralgia), sakit
pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock
dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi waspada ini perlu
disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus
segera konsultasi ke dokter apabila penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi
fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Sesudah masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular
dapat mengalami atau menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk
berikut ini :
- Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
- Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
- Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
- Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok atau presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi. Oleh karena itu, setiap penderita yang diduga
menderita demam berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke
dokter atau rumah sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok atau
kematian.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak
demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Diagnosis
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang
terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.
Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia
untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.
Diagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian
daripada menunggu akut.
Pencegahan
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi
vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak
berguna (misalnya di pot bunga), menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan
membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah (Aedes
aegypti), telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan
nyamuk.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari
penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
- Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup;
- Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu Menguras bak mandi, Menutup wadah yang dapat menampung air, dan Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meskipun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
- Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk;
- Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi
Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien
disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika
hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan
alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu biji.
Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak
daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue. Bahan itu juga
meningkatkan trombosit tanpa efek samping. Masyarakat harus memperhatikan
informasi penting ini. Berdasarkan hasil kerja sama dalam uji pre-klinis
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur dan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3) siang, ekstrak
daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab
demam berdarah dengue (DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit
hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Peningkatan tersebut
diperkirakan dapat tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak
daun jambu biji dikonsumsi.[rujukan?]
Epidemiologi
Wabah pertama
terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah
besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah
menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di
daerah tersebut
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam
berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan
penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada
proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Jenis demam typoid:Bentuk abortif, penderita tidak
merasakan suatu gejala apapun.,Dengue
klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di
bawah kulit.,Dengue Haemorrhagic Fever (Demam
berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan
perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.,Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama
dengan DBD ditambah dengan syok atau presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara
klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam
petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.
Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia
untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.
Diagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi
risiko kematian daripada menunggu akut.
B. Saran
Diharapkan
kepada kita semua agar dapat menjaga kestabilan dan keseimbangan tubuh dalam
metabolism , katabolisme atau memproduksi sel darah merah (eritrosit) maupun
sel darah putih (leukosit), trombosit dan komponen sel lainnya.
Diharapkan pula
kepada pihak kesehatan untuk terus melakukan upaya mengatasi atau
penanggulangan penyakit leukimia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
www.ANTARA news.com/berita/content/view/13081/45/
LAMPIRAN
KASUS ASLI
316 Kasus
DBD di Kota Kendari
Selasa, 17 April 2007 07:44 WIB
Kendari
(ANTARA News) - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai pekan pertama April
2007 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mencapai 316 kasus, dan
sebanyak 177 dinyatakan positif, 139 diduga menderita DBD dan tidak ada korban
meninggal dunia,"
kata Kabid Pencegahan Penyakit, Dinkes Kota Kendari, Rahminingrum.
Di Kendari, Selasa, ia mengemukakan, peningkatan jumlah kasus DBD di Kota Kendari dari Januari 2007 itu belum dapat dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau
mewabah.
"Seluruh kecamatan di Kota Kendari ditemukan kasus DBD tetapi yang terbanyak ada di tiga kelurahan, yakni Rahandouna, Poasia dan Kambu," katanya.
Beberapa faktor yang menyebabkan tiga kelurahan tersebut endemik demam berdarah, katanya, antara lain perilaku masyarakat yang kurang menyadari pentingnya kebersihan dan kondisi georafis yang landai.
Peningkatan jumlah kasus menguatkan prediksi siklus demam berdarah dua tahunan di wilayah Sultra.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat, jumlah kasus DBD tahun 2005 sebanyak 601, tahun 2006 sebanyak 171 dan sampai awal Pebruari 2007 sudah mencapai 68 kasus.
"Berdasarkan data tersebut besar kemungkinan siklus DBD dua tahunan terjadi di Kota Kendari. Pemerintah sudah mengambil langkah-langkah pencegahan, dan juga mengharapkan partisipasi warga," katanya.
Pemerintah Kota Kendari mengingatkan warganya untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya siklus penyakit deman berdarah dua tahunan dengan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.
"Prediksi siklus DBD dua tahunan untuk wilayah Sultra, khususnya Kota Kendari mendekati kebenaran," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, warga diharapkan meningkatkan kewaspadaan sebagai upaya menjaga kemungkinan terjadinya hal-hal yang lebih buruk atau jatuhnya korban jiwa.
Upaya pemerintah mencegah DBD antara lain dengan menggalakan "Jumat Bersih" bersama warga, mengkampanyekan program 3 M atau Mengubur sampah, Menutup tempat air bersih dan Menguras bak penampungan air, serta memantau langsung adanya laporan warga tentang dugaan DBD, kemudian dan melakukan penyemprotan anti-nyamuk, katanya menambahkan. (*)
kata Kabid Pencegahan Penyakit, Dinkes Kota Kendari, Rahminingrum.
Di Kendari, Selasa, ia mengemukakan, peningkatan jumlah kasus DBD di Kota Kendari dari Januari 2007 itu belum dapat dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau
mewabah.
"Seluruh kecamatan di Kota Kendari ditemukan kasus DBD tetapi yang terbanyak ada di tiga kelurahan, yakni Rahandouna, Poasia dan Kambu," katanya.
Beberapa faktor yang menyebabkan tiga kelurahan tersebut endemik demam berdarah, katanya, antara lain perilaku masyarakat yang kurang menyadari pentingnya kebersihan dan kondisi georafis yang landai.
Peningkatan jumlah kasus menguatkan prediksi siklus demam berdarah dua tahunan di wilayah Sultra.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat, jumlah kasus DBD tahun 2005 sebanyak 601, tahun 2006 sebanyak 171 dan sampai awal Pebruari 2007 sudah mencapai 68 kasus.
"Berdasarkan data tersebut besar kemungkinan siklus DBD dua tahunan terjadi di Kota Kendari. Pemerintah sudah mengambil langkah-langkah pencegahan, dan juga mengharapkan partisipasi warga," katanya.
Pemerintah Kota Kendari mengingatkan warganya untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya siklus penyakit deman berdarah dua tahunan dengan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.
"Prediksi siklus DBD dua tahunan untuk wilayah Sultra, khususnya Kota Kendari mendekati kebenaran," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, warga diharapkan meningkatkan kewaspadaan sebagai upaya menjaga kemungkinan terjadinya hal-hal yang lebih buruk atau jatuhnya korban jiwa.
Upaya pemerintah mencegah DBD antara lain dengan menggalakan "Jumat Bersih" bersama warga, mengkampanyekan program 3 M atau Mengubur sampah, Menutup tempat air bersih dan Menguras bak penampungan air, serta memantau langsung adanya laporan warga tentang dugaan DBD, kemudian dan melakukan penyemprotan anti-nyamuk, katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2011
COPYRIGHT © 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar