PROPOSAL
Pelatihan Kader Kesehatan
Remaja
Tahun pelajaran 2011/ 2012
SMA Negeri 1 Bantul
KADER KESEHATAN REMAJA
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2012
Lembar Pengesahan
Pembina Bimbingan Konseling Pembina Usaha Kesehatan Sekolah
Tri Setiana, S.Pd Heri
Setyawan, S.Pd
Mengetahui
Kemahasiswaan Manajer
Kesehatan dan Lingkungan
Hanif, S.Pd Catur Budi,SKM
Menyetujui,
Ketua STIKES
Sugiono Almunawary,
S.IP, MM, M.Ph
Proposal
Pelatihan Kader
Kesehatan Remaja
Tahun Pelajaran
2011/ 2012
SMA Negeri 1
Bantul
A. Pendahuluan
Perkembangan era globalisasi
saat ini telah mengubah sendi-sendi kehidupan kita. Khususnya perkembangan para
remaja yang sedang mengalami masa transisi. Yang sering diistilahkan “Masa
Puberitas” atau masa dimana para remaja mencari jati diri mereka. Dalam masa
pencarian jati diri itulah para remaja banyak menemukan masalah-masalah, baik
di rumah maupun dalam pergaulan (sekolah dan masyarakat). Bila dalam menghadapi
masalah mereka tidak dapat menemukan jalan keluar, kemungkinan besar mereka
akan melarikan diri kepada hal-hal yang negatif seperti minuman keras, narkoba
dan pergaulan bebas.
Mereka
(para remaja) membutuhkan tempat untuk berbagai cerita, menyelesaikan masalah,
dan butuh sekali pengetahuan-pengetahuan mengenai hal-hal yang sedang terjadi
diluar sana. Selain itu kita kadang menjumpai orang yang sedang kambuh penyakit atau kecelakaan baik
bersifat ringan maupun berat, bagi kita yang tidak tau bagaimana cara
memberikan bantuan yang bersifat darurat ini bisa menjadi fatal, tapi kadang
kita ingin membantu tapi terbentur dengan keterbatasan kemampuan kita sehingga
kita menjadi panik bahkan takut jika menjumpai kasus itu khususnya jika terjadi
di sekolah, karena itulah kegiatan ini diperlukan. Maka diperlukan Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja, untuk membentuk remaja-remaja yang berwawasan luas dan
berkepribadian baik. Sehingga kader-kader Kesehatan Remaja ini dapat membantu
dalam memberikan solusi kepada teman-teman yang bermasalah.
1. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai
tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, yang ditandai dengan perubahan fisik karena pubertas serta perubahan
kognitif dan sosial. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya
dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu
sekitar usia 20 tahun.
2. Pandangan Teoritis tentang Remaja
Ada dua pandangan teoritis
tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh
psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of “storm and stress “.
Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu
masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional
pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang
bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert &
Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa
perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Keyakinan ini tercermin dari
teori mereka tentang perkembangan manusia.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan
tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang
benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau
selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua
situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara
bergantian (fluktuatif).
3. Pertumbuhan Fisik Remaja
Seseorang akan mengalami
pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja
yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama
dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan
seksual.
Pada usia 12 tahun, tinggi badan
rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm.
Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan
remaja putri hanya 163 cm. Kekepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri
terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih
lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi
badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per
tahunnya (Marshall, dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Seperti halnya tinggi badan,
pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat
badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah
dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup.
Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak
daripada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun
dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja
putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 % (Sinclair,
dalam Seifert & Hoffnung, 1987).
Saat ini, remaja mengalami
perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir
daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh,
seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar
usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki
mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada
usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 –
20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai
akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang
lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan
kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan
kanak-kanak.
4. Pubertas
Pubertas adalah periode pada
masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan
seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan
terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer
memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi
perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai
dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi
perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles.
Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk
bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama
kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi
perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh,
serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan
hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin,
kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries)
dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam
pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang
testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur
oleh hypothalamus yang berada di atas batang otak.
5. Dampak Pertumbuhan Fisik terhadap Kondisi
Psikologis Remaja
Pertumbuhan fisik yang sangat
pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi psikologis remaja,
baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll. adalah perasaan yang
umumnya muncul pada saat itu.
Hampir semua remaja
memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan fisik dan
perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan kepercayaan
dirinya (self-esteem).
Ada tiga jenis bangun tubuh yang
menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik, mesomorfik dan
ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit
lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).
6. Masalah Kesehatan pada Remaja
Remaja merupakan usia paling
sehat dibanding kanak-kanak dan dewasa karena sedikitnya penyakit yang dialami
kelompok usia ini. Akan tetapi, remaja memiliki resiko kesehatan paling tinggi
karena faktor kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil diluar nikah, kebiasaan makan
(diet) dan perilaku hidup sehat yang buruk
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian
jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja
ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada
wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase
pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena
dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia
anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001)
Namun, pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.
Menurut pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak remajanya.
Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan keseimbangan jiwa remaja. (Mahfuzh, 2001)
Pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat tertangani
secara baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat
kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh
lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas
pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan
kepada orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas
orangtuanya.
Remaja yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.
Berkaitan dengan pelepasan tangung jawab, dikalangan remaja juga sering dijumpai banyak usaha untuk bunuh diri. di Negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Selandia Baru, masalah bunuh diri dikalangan remaja berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia, perilaku tidak sehat remaja yang beresiko kecelakaan juga banyak dilakukan remaja, seperti berkendaraan secara ugal-ugalan. Hal lain yang menjadi persoalan penting dikalangan remaja disemua negara adalah, meningkatnya angka delinkuensi. Perilaku tersebut misalnya keterlibatan remaja dalam perkelahian antar sesame, kabur dari rumah, melakukan tindakan kekerasan, dan berbagai pelanggaran hukum, adalah umum dilakukan oleh remaja.
Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat makin rendah.Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif, serta penyuluhan tentang pencegahan terhadap HIV/AIDS, dan sejenisnya.
Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja.
B. Tujuan
Penyelanggaraan
acara Pelatihan Kader Kesehatan Remaja ini bertujuan untuk memberi pengetahuan
dan ketrampilan kepada calon Kader Kesehatan Remaja, seperti P3K, P3P,
kesehatan, psikologis, dan kehidupan remaja. Mereka yang nantinya menjadi Kader
Kesehatan Remaja akan memberi informasi- informasi tersebut kepada teman-teman
ataupun keluarga mereka.
C. Nama kegiatan
“Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja Tahun Pelajaran 2011/ 2012
SMA
Negeri 1 Bantul”
D. Bentuk Kegiatan
1.
Sosialisasi
Sosialisasi
ini kami lakukan sebagai tahap awal pengenalan Kader Kesehatan Remaja SMA
Negeri 1 Bantul. Kami lakukan pada waktu matrikulasi.
2.
Wawancara
Kami melakukan wawancara
kepada Kader Kesehatan Remaja dengan tujuan untuk mengetahui kepribadian
mereka. Karena kami menginginkan kader kesehatan remaja yang berkepribadian
yang baik.
- Pelatihan Kader Kesehatan Remaja
Kegiatan ini merupakan puncak dari kedua acara di atas. Dengan pelatihan
ini, calon Kader Kesehatan Remaja akan dapat pengetahuan lebih komplek mengenai
kesehatan jasmani dan psikologi dan bagaimana menjadi teman yang baik yang bisa
memberi manfaat bagi orang lain terutama diri sendiri.
E. Peserta
1.
Seluruh ketua organisasi
2.
Seluruh Ketua Kelas XI dan XII
3.
Siswa-siswi tingkat X yang telah
lolos seleksi wawancara
F. Waktu Kegiatan
Pelatihan
Kader Kesehatan Remaja ini akan dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 14
Januari 2012
Tempat : SMA
Negeri 1 Bantul
G. Susunan Acara Pelatihan Kader Kesehatan
Remaja
07.00
– 07.15
|
Persiapan Panitia
|
07.00
– 07.30
|
Pembukaan oleh Kepala Sekolah
|
07.30
– 08.30
|
Peran Kader Remaja oleh Manajer
Kesling
|
08.30
– 10.30
|
Materi Kesehatan Reproduksi, Free
Sex dan Aborsi oleh Puskesmas
|
10.30
– 12.30
|
Materi P3P dan P3K Puskesmas
|
12.30
– 13.00
|
Istirahat
|
13.00
– 14.00
|
Praktek Konseling oleh sesama
kader kesehatan remaja
|
14.00
– 15.00
|
Praktek P3P dan P3K oleh sesama
kader kesehatan remaja
|
15.00
– selesai
|
Hiburan
|
H. Anggaran
Dana
Pemasukan dari bantuan Gubernur Rp. 1.000.000,-
Pengeluaran
Konsumsi peserta @ Rp. 5.000 X 100 orang = Rp. 500.000,-
Konsumsi Panitia @ Rp. 5.000 X 10 orang = Rp. 50.000,-
Konsumsi tamu undangan @ Rp. 1.0000 X 3 orang = Rp. 30.000,-
Biaya Pemateri @ Rp. 100.000 X 3 orang = Rp. 300.000,-
Dokumentasi =
Rp. 20.000,-
Alat praktek P3k dan P3P =
Rp. 100.000,- +
Rp. 1.000.000,-
Rp.
0
I.
Susunan Panitia
Pelindung : Sugiono
Almunawary, S.IP, MM, M.Ph
Penasihat : Dwi
Suharyanta, ST, MM
Mochamad Rofiq, ST, MM
Drs. Abdurrahman Suroyo
Ketua : Almarjani
Sekretaris : Kuni Arifatul F
Bendahara : Datni Leslesy
Nurul Hidayati
Seksi Acara : Masykur Arifin
Abdul Aziz
Syaiful Fattah
Seksi PDD : Angga Riana
Guswanto
Afif M
Santi
Humas :
M. Faisal
Burhannudin
Kasrim
Seksi
perkap :
Imam K
Muif Y
Ari Winata
Supriyono
Seksi
Konsumsi : Khoirunnisak
Purnamasari
Bagus Dwi Prayitno
Sulani Noviani
boleh minta laporan hasil programnya gak ???
BalasHapus